PESTA DANAU TOBA DAN SBY

                                    Oleh Thompson Hs

 

Hujan lebat mewarnai penutupan Pesta Danau Toba atau PDT di Parapat pada malam 18 Juli 2008. Namun dengan kehadiran Presiden SBY langkah-langkah masyarakat tidak surut menuju Open Stage, tempat penutupan sekaligus lokasi utama berbagai kegiatan PDT. SBY sebelumnya telah berjanji untuk hadir pada penutupan seandainya jadwalnya masih bisa diperpanjang dari 16 Juli. Permintaan itu disampaikan langsung oleh Gubsu H. Syamsul Arifin, SE tepat sewaktu pembukaan yang tidak kebetulan dihadiri Menteri Kehutanan M.S Kaban dan sejumlah pejabat lokal plus petinggi partai pada saat pembukaan sore 14 Juli 2008 lalu.

Menurut Gubsu, kesibukanlah yang membuat Bapak Presiden meminta pengunduran jadwal penutupan itu. Seandainya  Bupati Simalungun, Zulkarnaen Damanik tidak sudi memenuhi permintaan itu mungkin untuk kedua kalinya SBY akan gagal hadir ke Simalungun. Kegagalan pertama telah terjadi ketika Panen Raya di Kecamatan Hutabayu pada 7 Maret 2007. Nampaknya kepentingan hadirnya presiden ke Simalungun masih perlu dengan panen raya lainnya di Desa Pardamean Kecamatan Panombean Pane, sekaligus jika memungkinkan untuk meresmikan gedung perkantoran Pemkab Simalungun yang pindah ke Raya sejak 16 Juni lalu. Akhirnya SBY bisa hadir pada 19 Juli ke panen raya itu sekaligus menyerahkan dana bantuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri tahun 2008 sebesar Rp. 413, 7 Milyar melalui Gubsu secara simbolis.

            Parapat juga merupakan bagian dari wilayah Simalungun secara administratif. PDT berlangsung di kota Parapat sejak 1984 atas gagasan Gubsu EWP Tambunan. Pelaksanaan PDT yang terhenti pada 1997 ingin dilaksanakan kembali tahun 2008 ini dengan jadwal yang seyogyanya berlangsung pada 13 – 16 Juni lalu. Namun kepanitiaan yang dioperasikan seorang pengusaha dari Jakarta itu mengadakan pengunduran melalui pemberitaan publik atas kemungkinan Presiden SBY untuk membuka atau menutup PDT. Pengunduran dengan kemungkinan hadirnya SBY merupakan alasan yang paling menonjol dari panitia. Panitia cukup yakin akan kehadiran SBY ke PDT hingga kemungkinan itu benar-benar terlaksana.

            Pengunduran jadwal PDT selama sebulan dibayangkan masih tetap terpenuhi oleh berbagai kegiatan seni dan budaya. Pengunduran sebulan itu dapat diduga hanya untuk merapikan persiapan-persiapan yang belum matang. Panitia telah berencana mengadakan tiga panggung setiap malam untuk sejumlah pertunjukan dari artis lokal dan ibukota, di samping bentuk-bentuk pameran, kegitan ekonomi, dan lomba pada siang hari. Salah satu pertunjukan lokal yang direncanakan (tapi gagal) menyangkut cerita terjadinya Danau Toba. Sedangkan dari Jakarta didatangkan trio-trio populer beserta grup lawak.  

PDT hampir 12 tahun dinantikan kembali oleh masyarakat sekitar Danau Toba karena kegiatan-kegiatan yang menarik  itu. Kunjungan wisatawan dari dalam dan luar negeri juga dirasakan terpicu dan menaikkan tingkat hunian.hotel-hotel dan penginapan di Parapat. Hal itu selalu terbukti selama pelaksanaaan PDT selama ini yang bertepatan dengan masa libur anak-anak sekolah. Namun kota Parapat sungguh sedikit ramainya sebelum SBY dipastikan datang  Hampir setiap malam hujan selalu turun. Sehingga prediksi kedatangan SBY akan gagal kalau hujan terus turun pada saat penutupan itu. Salah satu hubungan kedatangan SBY dengan hujan mungkin sama pentingnya dengan fasilitasi standard yang dipersiapkan selain masalah keamanan.

Masyarakat sangat berharap agar SBY tetap datang dan hadir ke kota Parapat. Masalah hujan tergantung teknis menyediakan ”payung”. Masyarakat juga berharap agar panitia dapat membagi-bagikan payung sebelum hujan. Namun kerelaan masyarakat  untuk melihat presidennya pasti lebih mendorong. Siswa-siswi dari sejumlah sekolah ikut tergiring untuk keramaian penutupan PDT. Mudah-mudahan besoknya mereka diliburkan ke sekolah.

Kehadiran SBY dalam penutupan PDT  2008 benar-benar disambut ribuan masyarakat. Melalui pidatonya SBY mendorong  pengembangan wisata Danau Toba menjadi objek andalan nusantara dan kebanggaan dunia. Kepercayaan mengelola danau hasil tekto-vulkanik ribuan tahun itu disampaikan kepada gubernur dan para bupati sekitar Danau Toba. SBY mengakui, tidak banyak pesona alam di dunia ini yang memiliki kekhasan seperti Danau Toba. Keindahan alam, nilai sejarah, pesona seni dan budaya, dan ekosistem Danau Toba perlu dilestarikan.

Anjuran SBY tidak mungkin sekedar dalam pidato, apalagi kunjungannya dalam penutupan ini adalah yang kedua kali. Keramba-keramba yang mulai mengganggu perairan Danau Toba pasti terkait dengan masalah ekosistem. Eceng gondok selalu menggangu keindahan alamnya. Sampah-sampah yang terbuang ke Danau Toba tak lagi terhitung jumlahnya. Namun masuknya perusahaan keramba dan ternak yang mengotori ekosistem Danau Toba konon diizinkan dari Jakarta. Sehingga seni dan budaya yang bernilai tinggi di sekitar Danau Toba semakin sepi dari kunjungan wisata. Termasuk selama PDT 2008. Padahal dana yang telah dikeluarkan mencapai Rp. 4,5 Milyar. Wisata sekitar Danau Toba memang seperti menghadapi keramba-keramba itu. Bapak Presiden belum melarangnya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Published in: on Juli 24, 2008 at 8:23 am  Comments (4)  

The URI to TrackBack this entry is: https://thompsonhs.wordpress.com/2008/07/24/pesta-danau-toba-dan-sby/trackback/

RSS feed for comments on this post.

4 KomentarTinggalkan komentar

  1. Memang menyedihkan Lae kalau melihat Danau Toba yang indah berubah menjadi penampungan sampah-sampah. Siapa yang salah, tidak ada yang mau ngaku. Oke tidak apalah, tapi mari kita sadari bahwa Danau Toba bukan hanya milik orang Batak, tapi milik orang Indonesia bahkan milik Dunia. Bagaimana reaksi kita setelah mendengar pidato presiden SBY. Ayolah teman-teman berwisata ke Danau Toba. Jadikan Danau Toba sebagai obyek wisata favorite bagi semua orang termasuk orang-orang luar negeri seperti dulu-dulu.

    Ronny Siagian
    http://ronnysiagian.wordpress.com

  2. terima kasih atas tanggapan pertama dari lae ronny. mestinya orang-orang batak dapat melihat langsung situasi tersebut dengan mengelilingi danau toba. fungsi danau toba itu sudah cenderung untuk kepentingan ekonomis. yang menyolok akhir-akhir ini adalah keramba. kalau dikaitkan juga dengan isu pariwiwsata, mungkin soal keramba ini menamba entitas “wisata keramba”. tulisanku ini menurut kompas tidak substansial, lalu belum bisa dimuat.

  3. Pesta Danau Toba pestanya siapa ? pertanyaan itu yang layak muncul dari awal. Acara wisata ini sarat dengan seremonial, khas birokrasi. Padahal memajukan wisata mestinya tergantung pada kedatangan pejabat. Bali sudah sejak lama berkembang tanpa harus menunggu datangnya pejabat datang. Setelah presiden datang ke Parapat, apa yang selanjutnya terjadi di sana ? bagaimanapun, momen ini sudah positif setelah sekian lama tidak ada. Tetapi tidak ada salahnya acara pariwisata perlu evaluasi. Agar di masa datang pemerintah daerah tidak sekadar menggelar pesta, festival, atau sejenisnya. Hidup wisata Sumut !!

  4. terima kasih atas tanggapan, andy. memajukan wisata mestinya tidak tergantung pada kedatangan pejabat (maaf, mungkin ini maksud dalam kalimatmu kalau mengikuti kalimat berikutnya). kebijakan pariwisata bali telah dimulai sejak zaman belanda. (nanti saya tunjuk buku penelitian tentang itu). pemerintah indonesia cuma meneruskan dan mengambil hasilnya. kalau kebijakan pariwisata belanda untuk danau toba tidak dilakukan belanda, pemerintah indonesia mungkin masih setengah hati untuk mengembangkannya. pembenahan dan penegasan status danau toba masih tumpang tindih oleh kepentingan politik ekonomi. dari dulu belum ada niat pemerintah, seperti belanda melakukannya pada bali. bali dipromosikan ke dunia luar karena pengaruh sejumlah seniman seperti walter spies dan seniman profesional lainnya yang mau tinggal di bali sekian lama dan mencermati kebudayaan bali dari berbagai segi untuk konteks pariwisata. semoga pemerintah tidak menunggu danau toba itu harus menjadi rawa-rawa raksasa, baru serius membenahinya.


Tinggalkan komentar